Senin, 05 Oktober 2009

dramatisasi penulisan

ini adalah tulisan yang saya buat tengah malam tadi..setelah membaca sebuah novel psikologis VERONIKA. novel tersebut menceritakan mereka-mereka yang pada akhirnya memilih utnuk berkurung dalam kegelapan, menciptakan dunia baru...dalam pelariannya dari apa yang terjadi dalam kehidupan mereka di dunia nyata. ini tentang orang-oarng yang memilih untuk menciptakan tenda kecil dalam badai....daripada berteduh dan menunggu badai reda, kemudian melihat indahnya pelangi.

'jadi ini rasanya sepi
kala sahabat tersayang telah pergi dan kekasih hati ingkar janji

jadi ini rasanya sesak
dalam kerumunan merasa sendiri dan dalam tawa menahan tangis

rupanya begini mati rasa itu
dihujam ribuan pisau tak lagi tersakiti
dan dibenamkan dalam es tak lagi rakus akan udara

jadi ini rasanya terperangkap
dalam raga yang ingin mati
dalam otak yang enggan berfikir
dan dalam hati yang tak sanggup lagi untuk merasa

jadi ini rasanya air mata
hangat...asin..dan mengalir....ataukah ini darah?

aku tengah terduduk dalam gelap,
merasakan sesuatu yang hangat dalam pangkuanku

......masih berfikir mengapa mereka yang tengah berada dalam badai..tidak menunggu datangnya pelangi..daripada harus mengiris nadinya sendiri.....
surabaya 4 oktober 2009


yang aneh adalah bberapa dari teman pengapresiasi, menyatakan ahwa tulisan saya sedikit sadis dan violence. saya memang bicara tentang darah yang mengalir, tentang keinginan utnuk lari dengan bertemu kematian, tapi saya tidak bicara tentang pembunuhan..baik pada orang lain maupun pada diri sendiri.
sebuah karya, apa pun bentuknya, sebagaimana pun remehnya..tidak lagi menjadi pemilik penulisnya pada saat dilemparkan pada pembaca. karya yang penuh warna, penuh tulisan berentet-rentet...adalah milik mereka sang pembaca, yang berhak mengapresiasi sesuka mereka. yang berhak memberi warna baru, yang berhak memberi dimensi dan arti baru, tidak masalah apakah itu sesuai atau tidak dengan maksud dari penulisnya.
beberapa bulan lalu, saya pernah menulis, 'Aku yang hidup, karena terlalu sombong utnuk mati'...salah satu penafsiran yang saya dapatkan adalah: keinginan utnuk memusnahkan sesuatu yang menghalangi jalan saya. padahal itu sama sekali bertentangan dengan apa yang saya pikirkan saay menulis puisi tersebut. sangat berkebalikan....
saat menulis bait-bait yang ada di sana, yang ada dalam pikiran saya cuma satu: keinginan untuk musnah (namun terlalu sombong untuk menyerah)...pada saat sesuatu tidak lagi berkehendak sesuai dengan apa yang diinginkannya. (anyway, the poet was written after i read a book called: The Fifth Sally..tentang perempuan yang memiliki empat kepribadian dan berusaha menciptakan kepribadian kelima')
semua yang saya tulis, kadang2 adalah bagian dari perasaan saya..tapi kadang kala hanya refleksi yang saya tangkap atas suatu informasi yang dibaca atau ditulis. dramatisasi penulisan...bukan bagian dari siapa saya sebenernya...(aduh...moga2 jangan sampe punya pikiran kaya yang ada di dalam puisi di atas deh...karena saya memutuskan untuk menunggu pelangi, meskipun tengah berada dalam badai terhebat sekalipun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar